Rabu, 06 Maret 2013

Seri Menggapai Atap Andalas : Kerinci, Atap Tertinggi Sumatra (Bag 1)

Gunung Kerinci Dilihat Dari KersikTuo
Sesampai di Kota Jambi (26/2), waktu yang ada kugunakan dengan sebaik-baiknya untuk berbelanja sejumlah perbekalan. Saya harus benar-benar memperhitungkan barang yag akan saya beli agar tidak terlalau berat namun masih safety. Ini akan menjadi pendakian solo ku yang pertama. menuju gunung tertinggi di pulau Sumatera sekaligus gunung tertinggi kedua di Indonesia. Perjalanan selama 5 jam dari Tebo menuju Jambi cukup membuat tubuhku lelah, ditambah udara panas di siang itu. Saya harus banyak minum dan cukup makan bergizi agar tubuh tetap fit.

Dari kota Jambi, untuk menuju kerinci saya menggunakan travel Safa Marva. sebetulnya ada banyak  travel menuju kerinci seperti Ayu Travel, Duta Kerinci, dan lainnya. Saya tak mau ambil pusing dengan banyaknya pilihan tersebut. Safa marwa menjadi piihan saya dan berharap travel ini bisa memberikan pelayanan yang nyaman mengngat perjalanan yang saya tempuh akan cukup lama, sekitar 10-11 jam perjalanan.

(27/2) menjelang petang travel sudah menjemput, mobil Elf bercat gelap berkapasitas 8 penumpang. Saya pun segera bergegas dan berharap tidak ada barang yang saya tertinggal. Saya duduk di kursi paling belakang, tidak terlalau nyaman memang karena guncangannya pasti akan lebih terasa. Setelah menjemput beberepa penumpang, mobil yang saya tunggangi langsung meluncur menuju kot Sungai penuh, Kerinci. Semua bangku terisi, saya harus rela berdesakan tempat duduk. harapan untuk bisa tidur selama perjalanan sepertinya lenyap sudah saat menyadari bahwa  AC mobil juga tidak menyala. Udara panas Sumatra membuat saya bermandikan keringat. Setelah sekitar 2 jam berjalan, mobil yang saya naiki berhenti di sebuah rumah makan. Perut yang memang sejak sore tadi belum saya isi juga sudah merongrong sejak tadi. Saya pun langsung memesan satu porsi nasi padang. Setelah perut terisi kantuk pun tidak bisa saya cegah lagi. Saya akhirnya bisa tertidur walalupun sesekali terbangun saat mobil terguncang cukup keras.

Memasuki wilayah Batang Merangin mendekati Kerinci, saya terbangun. Guncangan keras dalam mobil cukup teras semakin sering. memandang luar jendela, jalan memang tampak buruk dan bergelombang. Sepanjang jalan juga terlihat gelap, sepertinya di wilayah ini belum terpasang listrik. Sesekali saya menjumpai bekas-bekas longsoran- dari lereng tebing di tepi jalan. Pada musim penghujan sepertinya di sekitar daerah ini sering terjadi longsor dan tentunya pasti akan mengahambat arus lalu lintas. Tak lama saya pun tiba di sungai penuh. Hari masih cukup gelap saat itu, jam ditangan saya baru menunjuk pukul lima pagi. Pak Supir kemudian menunjukan mobil angkutan yang akan mengantar ke Desa Kayu Aro, Kersik Tuo. Tempat ini akan jadi titik start pendakian saya.

Mobil angkutan menurunkan saya di simpang macan. Untuk melanjutkan perjalanan saya bisa berjalan kaki atau naik ojek menuju tempat perijinan yang lokasinya berjarak seitar 2 km. Beberapa lama menunggu, sepertinya tak ada ojek yang melintas. Ibu penjual makanan di seberang jalan menyarankan saya untuk singgah di basecamp dulu atau landung ke atas dengan menumpang mobil yang mengangkut sayuran. Saya pun kemudian mencegat seorang pengendara sepeda motor untuk minta tumpangan. Untungnya Bapak ini tidak keberatan mengatar saya hingga pos perijinan.
Bersama Rombongan Dari Bandung (Saya Paling Kiri)
Saya tidak benar-benar sendiri mendaki Gunung Kerinci ini, di pos perizinan sudah ada enam pendaki dari Bandung yang sedang menunggu petugas di pos ini. kami langsung saling berkealan dan mengakrabkan diri. Tiga orang dari mereka adalah mahasiswa kedokteran di Unpad. Akan jadi pengalaman yang menarik tentunya mendaki bersama para calon dokter, pastinya akan ada pelajaran menarik yang bisa saya dapat  ilmu medis di lapangan dari para calon dokter ini.(Bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar