"Jika engkau memaafkan atau membebaskan seorang diktator dan koruptor, kenapa engkau penjarakan preman pasar dan pencuri ayam. (Bathi Moelyono: Korban Petrus)"
Dalam sela perjalananku kembali ke Muara Tebo sebuah kota kecil terletak di tengah Provinsi Jambi, Seorang Bapakyang satu travel tiba melontarkan sebuah pertanyaan iseng. "Sebagai orang biasa bagaimana kira-kira pendapatnya dengan kasus penembakan Kopassus terhadapa napai di Jogja itu?" Kira-kira seperti itulah pertanyaan seorang bapak berusia paruh baya yang duduk di samping saya. Belum sempat ada yang memberkan jawaban Bapak itu sudah menjawab sendiri pertannyaannya. "Saya setuju dengan apa yang dikaukan Angota Kopassus itu, yang ditembak itukan preman yang meresahkan masyarakat. Preman tersebut menembak salah serang anggota Kopasus. Rasa kesatuan Korplah yang memang mendorong mereka." Bapak tersebut memberikan jawabannya. Seorang Bapak yang duduk di bangku depan kemudian memberikan tanggapan. "Betul Pak saya juga setuju, Pemerintah saat ini payah,tidak tegas. Kalau seperti jaman dulu awal Pak Harto preman mana ada yang berani,bertato aja takut dan was-was kena garukan". Kedua orang ini kemudian berlanjut dengan pembicaraan panjang mengenai situasi politik pemerintahan indonesia dari zaman Presiden soekarno, Soeharto hingga Pemerintahan Presidn SBY saat ini.
Peristiwa penyerbuan sekelompok orang ke Lapas Cebongan Sleman yang berujung dengan tewasnya empat orang napi memang cukup menyita perhatian publik. Belakangan kemudian diketahui bahwa sekelompok orang tersebut adalah angggota Kopassus yang kemudian memang dibenarkan oleh Pangdam Hardiono Saroso mereka dalam pernyataanya di media. Diduga motif yang melatarbekangi adalah balas dendam atas tewasnya salah seorang kerabat mereka oleh preman di Hugos Cafe Jogja. Tanggapan pun kemudian bermunculan dari masyarkat, politikus, pengamat dan aktivis. Dukungan kepada Kopassus tidak hanya muncul dari obrolan dua orang yang saya jumpai di travel ini. Bermacam dukungan dari mulai bentuk spanduk, penggalangan koin hingga media sosial banyak bermunculan.
Jika kita lihat kebali kebelakang saat era pemerintahan Soeharto pernah dberlakukan operasi Petrus (Penembakan Misterius) yang memang membuat jera para preman. Aksi premanisme bisa dibilang surut dan berhasil dihilangkan. Namun perlu kita sadari bersama, bahwa perkembangan premanisme tidak hanya sebatas tindakan kekerasan atau kejahatan oleh orang saja. Premanisme yang dilkukan oleh oknum berseragam dan berpangkat jauh berkembang seperti jamur. Bisnis pengamanan-pengamanan yang dilakuakn aparat berseragam hingga kasus korupsi juga merupakan aksi premanisme yang jauh menyengsarakan rakyat. Semoga mata kita tidak dibutakan oleh semua hal itu. Saya sendiri tidak yakin bahwa tindakan penyerbuan lapas cebongan ini mmerupakan wujud aksi pemberantasan preman. Jika tidak ada rekan anggota Koppasus yang tewas oleh preman saya yakin hal ini pasti tidak akan terjadi. Jika memang Kopassus memang serius memberantas premanisme, banyak hal yang bisa dilakukan ketimbang melakukan penyerbuan ke lapas.
Saat kemandulan hukum bukan berarti senjata yang menjadi jawaban. Saya pikir tidak ada satu alasan pembenaran pun untuk menegaskan bahwa saat preman tidak bisa diatasi kemudian moncong senjata yang berbicara.
![]() |
Pasukan Koppasus sedang berlatih; Sumber Google |
Peristiwa penyerbuan sekelompok orang ke Lapas Cebongan Sleman yang berujung dengan tewasnya empat orang napi memang cukup menyita perhatian publik. Belakangan kemudian diketahui bahwa sekelompok orang tersebut adalah angggota Kopassus yang kemudian memang dibenarkan oleh Pangdam Hardiono Saroso mereka dalam pernyataanya di media. Diduga motif yang melatarbekangi adalah balas dendam atas tewasnya salah seorang kerabat mereka oleh preman di Hugos Cafe Jogja. Tanggapan pun kemudian bermunculan dari masyarkat, politikus, pengamat dan aktivis. Dukungan kepada Kopassus tidak hanya muncul dari obrolan dua orang yang saya jumpai di travel ini. Bermacam dukungan dari mulai bentuk spanduk, penggalangan koin hingga media sosial banyak bermunculan.
Jika kita lihat kebali kebelakang saat era pemerintahan Soeharto pernah dberlakukan operasi Petrus (Penembakan Misterius) yang memang membuat jera para preman. Aksi premanisme bisa dibilang surut dan berhasil dihilangkan. Namun perlu kita sadari bersama, bahwa perkembangan premanisme tidak hanya sebatas tindakan kekerasan atau kejahatan oleh orang saja. Premanisme yang dilkukan oleh oknum berseragam dan berpangkat jauh berkembang seperti jamur. Bisnis pengamanan-pengamanan yang dilakuakn aparat berseragam hingga kasus korupsi juga merupakan aksi premanisme yang jauh menyengsarakan rakyat. Semoga mata kita tidak dibutakan oleh semua hal itu. Saya sendiri tidak yakin bahwa tindakan penyerbuan lapas cebongan ini mmerupakan wujud aksi pemberantasan preman. Jika tidak ada rekan anggota Koppasus yang tewas oleh preman saya yakin hal ini pasti tidak akan terjadi. Jika memang Kopassus memang serius memberantas premanisme, banyak hal yang bisa dilakukan ketimbang melakukan penyerbuan ke lapas.
Saat kemandulan hukum bukan berarti senjata yang menjadi jawaban. Saya pikir tidak ada satu alasan pembenaran pun untuk menegaskan bahwa saat preman tidak bisa diatasi kemudian moncong senjata yang berbicara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar