Puncak Dempo |
Dini hari, travel sudah memasuki kota palembang. Saya sendiri tak tau tujuan yang hendak saya tuju. Setelah menghubungi seorang teman yang yang akan menjemput. Saya disarankan untuk turun di loket ltravel saja dan menunggu disana hingga pagi sampai jemputan datang. Sepertinya ini pilihan yang paling tepat, mengingat ini pertama kalinya saya datang ke Kota Palembang. Setelah mengantar penumpang terakhir, akhirnya sampai juga di loket. Lega rasanya bisa meluruskan punggung, walaupun hanya di atas kursi. hari sudah beranjak siang, cukup lama saya menunggu, namun belum ada tanda-tanda teman saya akan menjemput. Suasana sekitar loket mulai ramai dan saya sendiri sudah mulai merasa tak enak. Untungnya tak lama kemudian jemputan yang sya nantikan datang, "Dio" demikian dia memperkenalkan diri. Sambil berbincang mengakrabkan diri saya diantar ke halte Bus jurusan Universitas Sriwijaya di Inderalaya, Ogan Ilir. Sementara Dio sendiri akan menyusul di siang harinya kerena masih ada beberapa urusan. Jembatan Ampera di atas sungai Musi menjadi pemandangan menarik saya yang pertama di Kota Palembang ini. Nampak di bawah ramai orang berlalu lalang dan berjulan seperti pasar apung menggunakan perahu. Sayangnya saya tidak sempat mengabadikan moment-moment tersebut.
Untuk menuju ke Universitas Sriwijaya, saya masih harus menempuh sekitar satu jam perjalanan karena memang letaknya berada di luar kota Palembang. Di sana sudah ada seorang teman lagi yang akan menjemput saya. sesuai dengan arahan Dio, Saya nanti turun di timbangan setelah itu ada seorang kawan yaitu Soleh yang akan menjemput. Setiba di Timbangan, saya kemudian menghubungi Soleh. Tak lama Soleh pun datang dan mengantar saya untuk bergabung bersama rekan-rekan yang lain.
Menjelang siang kami sudah berkumpul dan mulai mempacking segala keperluan yang kami butuhkan diperjalanan nanti. Kampus Unsri menjadi titik start perjalanan kami menuju Kota Pagar Alam, tepat di kaki bukit Gunung Dempo. Bus Melati berukuran sedang akan menjadi kendaraan yang membawa kami menuju Kota Pagar Alam yang akan ditempuh selama kurang lebih 7 jam perjalanan. Sesuai dengan ongkosnya yaitu Rp 30.000.- kami harus berdesak-desakan dan kpanansan di dalam Bus. Sebenarnya ada pilihan lain yang lebih nyaman yaitu menggunakan travel telaga biru dengan ongkos Rp 70.000,-
Tengah malam kami sudah memasuki Pagar Alam. Jalanan semakin terjal dan berliku-liku, udara juga semakin terasa dingin. Karena berombongan Bus mau mengantar kami menuju Pabrik PTPN III yang lokasinya masih berjarak sekitar 15 km dari terminal Pagar Alam. Sesuai dengan namanya pagar alam memang dikelilingi oleh perbukitan dengan hamparan kebun teh yang cukup luas. Dari Pabrik PTPN III tepatnya di samping masjid, kami langsung menuju tempat Pak Anton. Rumah Pak Anton memang menjadi persinggahan para pendaki dimana dibelakang rumahnya memang dibangun pondok yang dapat digunakan untukbermalam dengan cuma-cuma.Pan anton sendiri merupakan seorang yang dituakan seantero Sumsel dan Lampung oleh kalangan pecinta alam. Untuk melanjutkan pendakian, kami harus menuju kampung IV yang merupakan kampung terakhir di kaki Gunung Dempo ini. Untuk menuju kampung IV masih membutuhkan waktu satu jamperjalanan lagi yang bisaditempuh menggunakan Truk yang beroperasi tiap pagidan sore untuk kembali. Namun jika ingin mencarter kendaraan, kitabisa minta tolong Pak anton untuk mencarikan kendaraan dengan biaya Rp 10.000 s/d 20.000 tergantung jumlah orang yang naik.
Waktu masih menunjukan pukul 07.00 WIB kami sudah siap dengan ransel kami masing-masing. menggunakan truk yang dipesankan oleh Pak Anton kami melanjutkan perjalanan ke kapung IV. Perjalanan menuju kesana sungguh mendebarkan jalan-jalan berkelok dengan tikungan yang cukup tajam serta jalan berbatu menjadi suguhan selama perjalanan. Tak jarang kami salaing berbenturan karenan guncangan truk yang cukup keras. Namun pemandangan hamparen kebun teh yang hijau sejauh mata memandang menjadi pengganti yang setimpal. Sementara di depan kami nampak jelas Gunung Dempo dengan puncaknya yang sedikit terselimuti oleh awan.
Setiba di kampung IV kami langsung menuju ke sebuah warung yang memang sering menjadi persinggahan pendaki sebelum atau sesudah mendaki Dempo. Di warung ini saya melengkapai sejumlah logistik yang memang belum sempat terbeli kemarin. Dari sini kemi meneruskan pendakian menuju shelter peristirahatan yang letaknya tidak terlalu jauh hanya sekitar lima menit dari kampung IV. Menuju ke shelter ini kami melintasi sebuah sungai yang cukup besar dengan aliran yang deras. Mengingat perut belum terisi makanan sejak pagi tadi, kami beristirahat dulu di shelter ini sambil menyiapkan makanan dan mengisi perbekalan air.
Perjalanan kami lanjutkan menuju kebun teh. Masih menyusuri jalan perkebunan yang masih relatiflandai akhirnya kami sampai dititik pendakian. Ada sebuah plang yang menunjukan titik pendakian gunung Dempo. Dari sini Jalur mulai menanjak dan licin. Kiri kanan masih berupa kebun teh hingga kami kemudian sampai ke pintu rimba. Sesuai dengan namanya, daerah ini merupakan batas antara perkebunan dan hutan. Memasuki hutan, medan mulai cukup susah, tanah liat yang licin dengan jalur yang seperti rekahan karenan tekikis air hujan. Beberapa kali kaki saya terjepit dan terpeleset saat melewati jalur ini. Setelah jam perjalanan akhirnya kami sampai di Shelter 1. Dua bungkus snack dan minuman hangat kami siapkan untuk menambah tenaga. walaupun belum tengah hari namun perut saya sendiri sudah keroncongan. Setelah cukup beristirahat perjalanan kami lanjutkan kembali target kami adalah camp di Pelataran.
Perjalanan kami lanjutkan menuju kebun teh. Masih menyusuri jalan perkebunan yang masih relatiflandai akhirnya kami sampai dititik pendakian. Ada sebuah plang yang menunjukan titik pendakian gunung Dempo. Dari sini Jalur mulai menanjak dan licin. Kiri kanan masih berupa kebun teh hingga kami kemudian sampai ke pintu rimba. Sesuai dengan namanya, daerah ini merupakan batas antara perkebunan dan hutan. Memasuki hutan, medan mulai cukup susah, tanah liat yang licin dengan jalur yang seperti rekahan karenan tekikis air hujan. Beberapa kali kaki saya terjepit dan terpeleset saat melewati jalur ini. Setelah jam perjalanan akhirnya kami sampai di Shelter 1. Dua bungkus snack dan minuman hangat kami siapkan untuk menambah tenaga. walaupun belum tengah hari namun perut saya sendiri sudah keroncongan. Setelah cukup beristirahat perjalanan kami lanjutkan kembali target kami adalah camp di Pelataran.
Jalur yang kami lalui semakin sulit, Selain Terjal banyak akar yang menjulur keluar karena tanahnya sudah terkikis oleh aliran air. Jika tak berhati-hati, kita bisa terjatuh tersandung akar. Tanjakan-tanjakan terjal dengan kemiringan hampir 90 derajat seringkali saya temuai dan untuk melewatinya saya menggunakan lutut saya sebagai tumpuan. Akar-akar yang menjulur juga bisa dimanfaatkan untuk pegangan. Kabut semkin tebal dan gerimis-gerimis kecil menyertai perjalanan kami. Hal ini cukup memepersulit karena tentusaja medan menjadi semakin licin. Setelah menempuh sekitar dua setengah jam perjalanan, akhirnya kami sampai di Shelter II. Hujan pun turun semakin deras dan akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan camp di tempat ini. Untungnya di Gunung Dempo ini hampir setiap Pos terdapat mata air sehingga kami tak perlu khawatir akan kekurangan air minum.
Rencana kami untuk melanjutkan perjalanan ke puncak pagi-pagi buta tidak berjalan mulus. Akhirnya kami baru bisa melaknjutkan perjalanan sekitar pukul tujuh pagi. Karena jarak kepuncak yang tidak terlalu jauh lagi, kami meninggalkan barang-barang kami di shelter II ini. menuju ke puncak, medan yang kami lewati masih seperti sebelumnya. namun karena tidak membawa beban, kami bisa melewatinya dengan lebih mudah. Belum ada satu jam berjalan kami sudah memasuki medan batu cadas. Selain terjal, medan ini hampir semuanya dialiri oleh air. Ini membuat kami harus semakin berhati-hati dalammelangkah. Vegetasi juga sudah berubah, berupa tanaman perdu seperti kaliandra. Pertanda kami sudah semakin mendekati puncak. Tak lama akhirnya akmi sampai dipuncak Dempo. Puncak ini bukan puncak utama, masih ada puncal lagi yang terlihat jelas dari sini yaitu puncak merapi dengan kawahnya yang katanya sangat indah. Untuk menuju ke puncak Merapi, kami harus turun ke Pelataran dan kemudian baru mendaki puncak Merapi. Di puncak Dempo ini ada beberapa tenda didirikan. Sepertinya sedang ditinggalkan pemiliknya mendaki puncak Merapi pagi tadi.
Puncak Merapi |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar