Jumat, 22 Februari 2013

Senja Yang Menggantung di Balik Taman Nasional Bukit Tiga Puluh



Lahan bekas hutan yang akan ditanami karet
Matahari belum benar-benar tenggelam. Mata saya tertuju pada satu titik, memandang jauh kedalam sepetak hutan yang masih tersisa. Sesekali suara burung rangkong dan gagak terdengar jelas dari pondok tempat kami menginap malam ini. Suara monyet dan anjing hutan juga sesekali terdengar. Perlahan matahari pun kembali ke peraduannya.

Malam ini kami menginap di pondok Pak Noto di Desa Simambu. Pak Noto merupakan pendatang  keturunan  Jawa yang sebelumnya tinggal di Riau. Beliau tinggal bersama istri dan seorang anaknya serta kakeknya yang rumahnya tak jauh dari pondok tempat kami bermalam.

Kawanan gajah sedang melintas di batas hutan dan kebun
Belum lama, Gajah baru saja masuk ke Desa Simambu dan merusak kebun salah seorang warga, Pak Amir. Kebun sawit milik Pak amir untuk kesekian kalinya telah dirusak dan dimakan oleh kawanan gajah. Kawanan gajah ini juga merusak  sebuah pondok. Konflik antara manusia dan gajah di Desa Simambu bisa dibilang sering terjadi. terlebih setelah dibukanya lahan perkebunan baru oleh PT TAL dan penambangan Batubara oleh PT BBM serta perusahan lainnya.

Desa Semambu terletak cukup terpencil. Tidak hanya akses transportasi yang sulit, untuk komunikasi juga susah. Hanya ada beberapa titik yang bisa mendapat sinyal seluler. Untuk Listrik masyarakat mengandalkan mesin disesel yang dikelola oelh swasta. Listrik ini menyala hanya pada malam hari. setiap harinya masyarakat harus merogoh kocek Rp 3000 jika hanya menggunakan lampu. Jika ada Televisi maka ditambah Rp 2000 dan jika ada kulkas tambah lagi Rp 5000. Uang ini disetorkan setiap sepuluh hari kepada petugas yang akan mendatangi setiap pelanggan. Menurut keterangan Pak Toni, sekretaris Desa Simambu, pengelolaan listrik diesel ini akan diambil alih oleh desa. Aktifitas masyarakat semambu sebagian besar sebagai petani sawit dan karet. Beberapa juga ada yang membuka ladang ditanami padi dan tanaman umbi - umbian. Banyak kebun milik masyarkat yang berada di kawasan hutan. Karena tak sedikit dari mereka yang merambah dan membuka hutan untuk dijadikan kebun.

Aktivitas pertambangan oleh PT BBM
Di sekitar kawasan ini ada beberapa Perusahan perkebunan dan pertambangan yang lokasinya bisa dibilang cukup berdekatan. Seperti PT TAL, PT BBM, PT TAI, PT WKS, dan LAJ. Hampir semua perusahahn tersebut sedang mengalihfungsikan  hutan untuk ditanami karet dan sawit serta untuk tambang batubara.  Wilayah-wilayah ini berbatasan dengan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT). Kondisinya saat ini TNBT juga udah muulai dirambah. Semua aktivitas tersebut tentunya semakin mempersempit habitat gajah dan binatang lainnya. Rusaknya Habitat tentu saja berarti lenyap juga sumber makanan binatang-binantang tersebut terutama gajah yang membutuhkan  1 kwintal makanan setiap harinya. Tentunya kebun-kebun sawit dan  karet akan menjadi ladang makanan baru bagi kawanan gajah. Dan pada akhirnya akan berujung pada pembataian gajah karena dianggap sebagai hama. Dari pendataan yang dilakukan oleh LSM Frankfurt Zoological Society (FZS) pada tahun 2008 terdapat sekitar 300 ekor gajah di Kawasan TNBT ini. Jumlah tersebut terus berkurang setiap tahunnya. dan diperkirakan akan terus berkurang jika tidak ada kebijakan yang tegas untuk mengatasi masalah ini. Mungkinkah anak cucu kita akan masih akan melihat gajah sebagai binatang liar yang hidup di hutan-hutan mereka. Atau hanya akan menjadi cerita serta dongeng tidur bahwa disini pernah hidup mamalia besar yaitu gajah.







Kamis, 21 Februari 2013

Antara Sawit Dan Gajah Sumatera

Bekas hutan yang akan dialih funfsikan menjadi hutan karet

Bersama dengan Reza, dan dua orang anggota tim ECMU lainnya, saya  terus menyusuri jalan tanah yang ada di desa SP 5,masuk menuju wilayah hutan produksi PT Tebo Alam Lestari yang mendapat konsesi HPH untuk tanaman karet. Dari atas motor trail 125 cc yang saya tunggangi terdengar jelas raungan mesin chainsaw yang sedang mengiris batang pohon.

Nampak jelas pemandangan disamping kanan kiri bukit-bukit yang gundul. Hanya semak-semak dan batang kayu yang berserakan. Panas terik matahari tentunya sangat menyengat di sekitar sini. Terlihat juga pondok-pondok yang didirikan oleh masyarakat. Rencananya di wilayah ini akan dialih fungsikan menjadi tanaman karet. Oleh PT TAL masyarakat diperbolehkan untuk membuka lahan dan menanam karet di wilayah sini. Saya sendiri belum begitu jelas bagaimana mekanismenya, yang jelas hal ini bisa saja memicu adanya konflik sengketa lahan antara PT TAL dan masyarakat seperti yang sudah terjadi di banyak tempat.

Sepanjang jalan tanah yang nampak gersang dengan beberapa daerah yang berlumpur, banyak aku temui jejak kaki gajah. Kotoran-kotoran gajah terlihat pula tak jauh dari jejak-jejak tersebut. Menunjukan bahwa wilayah ini merupakan daerah jelajah gajah.  Ironisnya hanya tinggal sedikit sekali hutan yang tersisa untuk kehidupan mereka. Tanah Sumatra yang subur dan banyak mengandung emas hitam membuat banyak pengusaha terpikat dengannya. Banyak pula masyarkat dari berbagai wilayah yang merantau kesini mencoba peruntungan mereka di tanah yang berjuluk swarnadwipaha yang berarti tanah yang kaya raya.
Kotoran Gajah
Gajah Sumatra merupakan binatang endemik yang ada di beberapa wilayah sumatra. Di Provinsi jambi sendiri Gajah Sumatra berada di sekitar kawasan Taman Nasionan Bukit Tiga Puluh (TNBT). Namun Gajah Sumatra ini tidak berada dalam kawasan tersebut. Gajah Sumatra tersebar di sekitar hutan penyangga yang masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Tebo. Wilayah TNBT yang berkontur terjal dan berbukit-bukit bukanlah wilayah yang ideal untuk gajah yang bertubuh besar. Sehingga sejak dahulu memang gajah banyak berkeliaran di luar taman nasional.

Ada beberapa Desa yang menjadi ruang jelajah gajah yaitu Desa pemayungan, Simambu, Sekalo, Suosuo, serta wilayah transmigrasi dari SP 1 hingga Sp 7. Karena berada di wilayah jelajah gajah maka desa-desa tersebut sering sekali mengalami konflik dengan gajah. Seperti di Desa Simambu dan Sp 2, Gajah seringkali masuk dan memakan kebun sawit atau karet milik masyarakat. Tak sedikit kerugian material yang disebabkan oleh gajah ini. satu kawanan gajah yang biasanya berjumalah sekitar sepuluh ekor sanggup menghabiskan 1 hektar kebun sawit dalam semalam.

Selain berada di wilayah jelajah gajah, bukan tanpa sebab juga gajah-gajah ini masuk ke kebun masyarakat. Pembukaan hutan oleh beberapa PT salah satunya PT TAL semakin mempersempit habitat gajah-gajah tersebut. Belum lagi ditambah dengan pembukaan ladang-ladang baru oleh masyarakat. Pemebrian HPH oleh pemerintah kepada sejumlah PT seharusnya mempertimbangkan aspek tersebut. Jejak-jejak gajah dan kotoran di sepanjang jalan setapak dalam hutan produksi yang saat ini sedang dialihfungsikan menunjukan bahwa ada banyak  gajah berkeliaran di kawasan ini. Hilangnya habitat alami gajah-gajah tersebut berarti juga hilangnya sumber makanan mereka. Kebun kebun milik masyarakat akan menjadi sumber makanan baru bagi kawanan gajah dan masyarakat akan semakin menjadi korban dari hal ini. Ibarat buah simalakama, dibunuh salah, dibiarkan kebun habis dimakan.


Rabu, 20 Februari 2013

Bertahan Hidup Di Tengah Sawit

Pagar Listrik Untuk Menghalau Gajah
Wajah Pak Sarpan nampak cemas dan bingung. Sawit yang sudah ia panen kemarin belum juga bisa diangkut. lantaran hujan yang terus mengguyur sejak kemarin membuat jalan licin dan berlumpur. sementara jika terus dibiarkan tergeletak maka berat sawit akan semakin menyusut dan ambrol.

Pak Sarpan merupakan transmigran yang tinggal di SP 2, kepanjangan dari Sarana Pemukiman yang kini bernama Desa Sekutur Jaya. Bersama ratusan warga lainnya yang kebanyakan berasal dari daeraj Jawa. Pak Sarpan sendiri berasal dari Yogyakarta namun sebelumnya, bersama dengan istrinya sudah tinggal di Lampung. Pak Sarpan sekeluarga mengikuti program transmigrasi sejak tahun 1997. Sambil menghisap rokok putih bermerk Click, Pak Sarpan mengungkapkan  "kondisi awal dulu jauh lebih buruk". Dulu kami masih mendapat bantuan untuk hidup  sebesar duaratus ribu rupiah sampai buah sawit menghasilkan. Para Transmigran mendapat 1 buah rumah dan 1 buah kapling sawit seluas 2 hektar. setelah panen setiap petani harus mengembalikan pinjaman dari penaman sawit ke sebuah PT. Pengemablian dilakukan dengan cara memotong setiap hasil Panen yang disetor ke KUD sebesar 30 %. Banyak transmigran yang tidak sanggup bertahan dan kembali ke kampungnya. namun tak sedikit juga yang bertahan dan berhasil, Termasuk Pak Sarpan. Kini dari hasil Sawitnya pak Sarpan sudah bisa menguliahkan anaknya yang pertama. semantara yang anak yang kedua masih duduk di bangku SD.

Jalan jalan di daerah ini masih jalan tanah. saat turun hujan tentu saja akan sangat menghambat. tak sedikit mobil yang terjebak dalam kubangan lumpur. bagi petani sawit hal ini tentu sangat menyusahkan. karena mobil-mobil yang akan mengangkut sawit milik mereka  tidak bisa masuk. Hanya mobil dengan double Gardan yang bisa melintas. namun jika menggunakan mobil jenis ini tentunya siaya sewanya jauh lebih mahal. Listrik baru saja masuk sebulan ini. Sebelumnya warga menggunakan Genset untuk menghasilkan listrik yang dinyalakan hanya pada malam hari. inipun tak semua warga yang menggunakan. setiap harinya kurang lebih mereka mengeluarkan uang duapuluh sampai dengan tiga puluh ribu rupiah untuk membeli Solar. Biasanya Genset dinyalakan dari pukul lima sampai sepuluh malam,hanya sekedar untuk menikmati malam sambil menunggu kantuk tiba. Masuknya listrik membuat kehidupan di daerah ini semakin bergeliat. Beragam acara televisi dan perangkat elektronik lainnya bisa dinikmati dengan leluasa. untuk memasang listrik ini, setiap rumah dikenakan biaya sebesa Rp 3.500.000,-

 Belum selesai meikirkan sawitnya yang belum terangkut, Pak Sarpan masih harus bersusah payah menyusuri jalanan yang licin dan berlumpur menuju camp pagar listrik. Setiap harinya Pak sarpan bertugas untuk menyalakan dan mematikan pagar listrik. Pagar ini dibangun untuk menghalau gajah-gajah liar agar tak masuk dan merusak kebun sawit milik warga. Gajah-gajah masuk tersebut masuk karena semakin sempitnya habitat mereka. Perluasan hutan produksi dan kebun sawit membuat kehidupan gajah semakin terdesak. Kebun sawit menjadi makanan favorit bagi kawana gajah. Di Desa sekutur jaya sendiri, gajah sudah beberapa kali masuk dan merusak kebun sawit milik warga.  Salah satunya kebun milik Pak Sarpan.

Pagar listrik ini dibangun atas inisiasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Frankfurt Zoological Society (FZS) bekerjasama dengan masyarakat. Semakin terancamnya kehidupan gajah dan hewan liar lainnnya mendorong FZS untuk melestarikan hewan-hewan tersebut. Tingginya angka kematian gajah salah satunya disebabkan oleh konflik antara manusia dan Gajah. Masyarakat menganggap Gajah sebagai ancaman yang akan merusak kebun sawit mereka. tak sedikit kemudian gajah yang diracun ataupun diburu.Untuk mencegah bertambahnya angka kematian gajah, FZS kemudian membentuk tim Elephant Conflict Mitigation Unit (ECMU). tim ini bertugas untuk mealtih masyarakat dan melakukan kegiatan mitigasi. Salah satunya adalah dengan pembangunan pagar listrik.

Arus yang pagar listrik yang tidak mematikan, namun akan cukup membuat gajah terkejut dan tidak mendekati kebun penduduk. selain harus dinyalakan dan dimatikan agar listrik terus terisi. pagar listrik ini jugaharus bersih dari ranting-ranting dan semak agar arusnya tidak berkurang. jika samapi  berkurang maka gajah akan  dengan mudah melewati pagar dan tidak akan takut lagi. jadi pembangunan pagar listrik akan sia-sia. Disinilah kemudian tugas Pak Sarpan diabntu oleh rekannya pak Kuyut untuk terus menjaga dan merawat pagar listrik ini.

Sambil terus meratapai sawitnya yang belum bisa diangkut. Pak Sarpan harus tetap menyalakan pagar listrik. Ia pun kemudian menerobos hujan rintik-rintik dan jalan yang licin menuju camp pagar. Hidup di daerah jelajah gajah bererti harus siap hidup berdampingan dengan hewan liar.



Save Batanghari

Begadang semalaman dan seharian berjalan di hutan rupanya membuat akau tertidur semennjak sore. sekedar untuk mengisi perut pada malam hari pun rasanya malas. saat aku betul-merasalkan lapar aku baru bangun dan memasak kangkung sekedar mengganjal perut. Akupun kembali terlelap dan bagun dengan pegal-pegal di kaki dan punggung.

*******************

Pagi ini aku kembali bergabung dengan Aris, Reza, Ipen dan Anel. kemi berencana untuk kebamli menggiring Gajah yang kemarin belum berhasil. pada kaliini Alber tidak ikut bergabung. setelah mengisi perut kami bergegas menuju Desa jambu. rencana untuk berangkat pagi hari lagi-lagi kembali gagal.  sesampai disana rupanya warga sudah melayang ke seberang. kami sempat dibuat bingung untuk bagaimana caranya melayangi sungai. namun untuknya tak berapa lama rupanya ada salah seorang warga yang melihat kami dari seberang dan menjemput kami. satu persatu kami diantarkan si Bapak melayang ke seberang.

Tak ada jejak baru yang kami temukan, sepertinya si gajah sudah berpindah dari lokasi kemarin. menurut informasi dari warga yang tinggaldi pondok-pondok, gajah terlihat pergi mengarah ke hutan. kami pun kemudian menyusuri jalan setapak melacak jejak gajah. jejak-jejak kaki gajah baru kami temukan dan sepertinya memang mengarah ke dalam. setelah cukup lama kami berjalan dan merasa yakin bahwa gajah benar-benar sudah masuk kembali kedalam hutan, kami memutuskan untuk kembali ke Desa.

*******************
Pohon besar bertumbangan

Perjalan kali ini kembli membuatku miris, saya melihat banyak pohon-pohon besar berdiameter satu meter tumbang ditebang. warga yang ikut bersama kami menyebut wilayah ini adalah "rambahan". sepertinya memang akan dibuka ladang baru disekitar sini. wilayah ini banyak dihuni oleh simpai dan beberapajenis monyet. selain itu banyak juga ditemui berbagai jeis burung. Babi hutan juga nampakbanyak berkeliaran. berkurangnya pohon-pohon besar digantikan oleh ladang dan kebun akan mengancam kelansungan hidup beinatang - binatang tersebut. Selain itu wilayah ini jugaterletak di DAS sungai Batanghari. Dampak jelas yang akan terjadi adalah semakin tingginya tingkat erosi sungai. sungai akan semakin dangkal dan lebar. yang artinya juga akan  mengancam aset dan kehisupan masyarakat yang berdiam di sekitar sungai.

Selain permasalahan konversi lahan, masalah lain yang muncul adalah "dompeng", aktivitas penambangan emas yang dilakukan oleh masyarakat. Penambangan emas ini beresiko cukup tingi terhadap DAS Batanghari. selain pencemaranoleh merkury yang dibuang ke sungai juga  bibir sungai yang terus terkikis karena tersedot oleh mesin.

Hal lain yang saya jumpai di DAS Batanghari ini adalah kamar mandi terpanjang. berbagai aktivitas dari mulai mandi, Mencuci, hingga BAB dilakukan di tepian sungai Batanghari ini. Air sungai yang keruh karena erosi dan pencemaran lainnya akan berdampak badan kesehatan penduduk. Butuh lebih dari aksi nyata dari hulu sampai hilir untuk mengatasi  permasalahan ini. Batanghari yang melintas di tifga kabupaten, Riau, Jambi dan Sumatera barat merupakan nadi kehidupan bagi masyarakat. Save Batanghari!!!!Save our wild live!!!

Mengusir Gajah

Mataku baru benar - benar terpejam sekitar pukul  empat pagi. matahari belum sepenuhnya muncul namun aku sudah terbangun. kain sarung yang kugunakan untuk menutupi rupanya tidak bisa melindungiku dengan sempurna. entah berapa kali tubuhku menggigil. Aku lihat teman- teman yang lain masih tertidur.waktu yang ada kumanfaatkan untuk merebus air dan membersihkan pakaian serta sepatu di sungai. air sungai ini nampak keruh, selain itu mungkin juga banyak mengandung zat kimia dari pupuk dan obat-obatan lainnya. Seperti kita ketahui pohon sawit memang sangat rakus dengan pupuk dan obat. Tak lama Danil atau yang akrab disapa Anel bangun dan bergegas menyiapkan sarapan pagi. kulihat dia cukup rajin dan cekatan. alhasil nasi telor berhasil dia hidangkan. namun aku enggan untuk memakannya karena air yang dia gunakan berasal dari sungai.

Air galon yang kuminum sejak semalam berasa nampak aneh, entah darimana sumber airnya. jadiaku memutuskan untuk merebus airnya baru kuminum. aku harap ini bukan air sungai yang ditampung dalam galon. pagi ini perut hanya aku isi sengna segelas teh manis dan sepotong roti pemberian dari Mira. Aku harap nanti di tengah jalan aku bisa mengisi perutku di warung tempat kemarin kita makan atau entah dimana. Saat kami berkemas, ada dua orang petani yang mengunjungi pondok. yang pertama berbadan agak kurus, pagi-pagi dia berniat untuk memanen buah sawit karenan sebelumnya hujan turuh deras sehingga membuat kondisi jalan menjadi sulit untuk diakses mereka. untungnya pagi ini matahari bersinar cukup cerah. kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh petani untuk memanen atau mengambil tandan sawit yang sejak kemarin ditigeletakan di pinggir jalan. Petani yang kedua berbadan tambun dan kelihatan sudah sangat akrab sekali dengan Alber dan timnya, rupanya bapak ini adalah pemilik pondok tersebut. Beliau juga sempat bercerita mengusir gajah kala dahulu. menurut beliau dulu sempat ada sekitar 30 kawanan gajah yang masuk ke kebun sawit miliknya. Dia bersama tiga orang temannya melakukan penggiringan gajah. menurutnya, jika kita menggiring dengan baik-baik Gajah juga akan nurut"seperti menggiring kebau" ungkapnya.

Hari sudah menunjukan cukup siang, rencan kami meluncur ke Desa Jambu padaa pukul sembilan sudah molor hampir satu jam. pada siang hari jalan yang saya lalui semalam nampak jelas. juga tempat saya dan Mira terjatuh. saya agak was-was saat melintasinya. lebih baik melaju dengan pelan dan ekstra hati-hati daripada terjatuh untuk kedua kalinya.

Menyeberang S. Batanghari
Desa jambu ternyata berjarak cukup jauh. Kami kembali menuju ke arah Tebo, kembali melintasi sungai batanghari. kurang dari setengah jam kami sudah sampai di Desa Jambu. lokasi gajah yang masuk ke kebun beraada di seberang sungai batanghari. untuk menuju ke sana kamihasur menyeberang menggunakan perahukecil yang hanya muat untuk tiga orang. dalam bahasa jambi menyeberang sungai disebut melayang. melayang ke seberangmenggunakan perahu kecil cukup menantang juga he3x..jika ada kesempatan lagi aku ingin yang mendayung.

Sesampai diseberang kami dan sejumlah warga langsung berkordinasi di sebuah pondok yang terletak tak jauh dari pinggir sungai. Sekilas nampak lahan-lahan yang memang baru dibuka oleh peduduk untuk ditanami sawit. Jejak-jejak gajah asih nampak terlihat baru, terlihat juga beberapa pohon sawit yang rusak dimakan oleh gajah atau terinjak.gajah yang masuk hanya seekor. hal yang jarang dijumpaikarena biasanya gajah selalu bergerombol. bisa jadi ini Gajah ini terpisah dengan kawanannya. Kami membagi menjadi dua kelompok. Gajah rencananya akan kami giring sejauh 8 km ke atas. saya bersama kelompok meyusuri hutan dan semak mencari jejak gajah. Jejak Gajah nampak semakin jelas dan masih sangat baru. Kami juga menjumpai kotoran gajah yang juga masih namapak baru. namun rupanya dengan menyusuri jalan setapakjustru membuatkami terjebak. kami hanya berputar-putar saja disekitar lokasi. saya sendiri sudah merasa lelah, apalagi seharian ini perut saya belum terisi oleh makanan. sepertinya perlu disiapkan strategi lagi dalam menggiring gajah. beberapa kali Gajah kepergok oleh kami. saya sendiri tidak melihanya secara langsunghanya jejak-jejaknya saja.

Saya cukup beruntung, karena saat  ini sedang musim duku. sepanjang jalan banyak sekali pohon duku yang saya jumpai. sesekali saya memetik buah duku yang memang bisa dijangkau tangan. karena belum sepenuhnya matang rasanya memang masam. tapi lumayanlah untuk memberi makan cacing-cacing di perut.

sesekali kami juga harus menyebarangi rawa
Banyak pohon-pohon berukuran besar yang tumbang ditebang. Rupanya penduduk sedang menyiapkan untuk membuka lahan baru. aku sempat melontarkan pertanyaan pada salah seorang warga mengenai status kepemilikan lahan ini. "ini adalah tanah milik orang tua" tutur salah seoeran warga. mungkin karena secara ekonomi lahan yang mereka miliki tidak menguntungkan, jadi mereka memilih untuk mengganti tanamaan kayu dengan kebun sawit dan tanaman lainnya yang lebih menguntungkan. yang jelas aktivisas mereka ini juga menyumabng sejumalu kerusakan lingkungan yang ada. bisa jadi gajah yang masuk ke Kebun juga karena semakin sempitnya habitat mereka. kebun warga menjadi pilihan menarik untuk mencari makan.
*******************

Perlu ada tidakan tegas dan komitmen bersamabahwa kita harus berbagi sumberdaya dan ruang dengan hewan liar.agar tak ada pihak yang dirugikan. hidup di perlintasan Gajah artinya harus siap hidup berdampingan dengan gajah.
******************

Gajah yang rencananya kami giring menuju atas bukit, rupanya malah kembali ke titik awal tadi. saya sendiri sudah kepayahan jika penggiringan tetap dilanjutkan. tanpa startegi baru sepertinya juga tidak akan berhasil. akhirnya kamimemutuskan untuk kembalike Desa dan melanjutkan esok hari.

Malam Pertama Di Pondok Petani

Rencana pada pagi hari ini untuk masuk ke desa Sekutur jaya atau Sp 2 (istilah dari pemerintah untuk wilayah transmigrasi) terpaksa tertunda hingga siang hari. kendaraan motor trail suzuki TS yang akan menjadi tungganganku rupanya belum benar benar siap. motor yang memang sudah cukup lamai tidak dipakai ini tidak mau nyala selain itu kedua bannya juga kempes. beberapa kalai akau mencoa memperbaiki sendiri namun tidak berhasil. Akhirnya setelah dibantu oleh teman motor bisa menyala. Namun masih banyak kekurangan. Dengan kondisi motor seadanya akhirnya saya mira rekan sekaligus kordinator  tetap berangkat. Alhasil motor pun melaju dengan "ngos-ngosan" dan rem yang agak blong.

Jalan yang kulalui masih tampak bagus bahkan memasuki  wilayah hutan jalan baru saja di aspal. rupanya aspal baru ini juga menjadi penanda akan memasuki jalan off road. setelah menyeberangi jembatan sungai Batanghari beberapa ratus meter di depan sudah sudah nampak jalan tanah. Aku pun bersiap siap untuk menggeber mesin penggaruk tanah ini. sejauh ini jalan tanah masih bagus dan cenderung rata. jadi  dengan sedikit menggeber gas, masih bisa diatasi.

Akhirnya kami tiba di persimpangan, jika mengambil arah kiri menuju ke Sp 2 dan jika ke arah kanan akan menuju Sp 5. lokasi pertama yang hendak kami tuju adalah Sp 5. sebelum menuju kesana kami memutuskan untuk mengisi perut kami lebih dulu. tak jauh dari persimpangan ada sebuah warung makan yang menyediakan nasi rames dan makanan lainnya. Ibu pemilik warung menyambut kami dan kemudian mengantarkan 2 porsi makanan berupa ayam dan sup. menu makanan ini cukup membuat cacing dalam perutku langsung bergejolak, namun setelah ku makan ternyata rasanya hancur, hambar tak ada rasanya. Yah maklumlah ditempat seperti ini, masih untung ada yang jualan.

Setelah mengisi perut kami melanjutkan perjalanan ke Sp 5. Jalan menuju desa ini tak sebaik tadi, banyak tanah berlumpur. Jam terbangku berkendara off road yang bisa dibilang sangat pemula memang membuat sulit untuk melewatinya. maklum pemula he..he. Di desa ini kami bertemu dengan Pak Sayuti, Kepala Desa Sp 5. Mira membuka pembicaraan dan selanjutnya banyak terlibat dalam pembicaraan. saya menjadi pendengar yang baik.

Dari sini kami melanjutkan perjalanan ke Sp 2. ada salah seoarang masyarakat yaitu Maskun yang menjadi staff kami, hal ini menjadi cukup memudahkankami untuk menjadi penghubung dengan masyarakat. kami berencana  mengunjungi beberapa orang, Maskun, dan pak Sarpan. namun sayangnya ternyata Maskun sedang sakit. di rumah pak Sarpan kami bertemu dengan Alber tim lain dari divisi ECMU, yang juga sekalgus sebagai kordinator lapangan.

Alber mengajak kami untuk bermalam di pondok petani di ladang sawit. ajakan ini langsung kusambut dengan antusias, setidaknya  aku bisa mengakrabkan diri dengan mereka. walaupun sebenarnya aku merasa lebih nyaman jika bermalam di salah satu rumah penduduk.

Sekitar pukul setengah sebelas malam, kami meluncur menuju pondok petani. karena bensin di motorku tinggal sedikit, terpaksa aku harus mengisinya dulu jika tidak mau mogok di tengah jalan. untungnya di warung makan temapat makan siang tadi masih buka. bensin disini cukup mahal untuk mengisi lima liter bensin aku membayar Rp 35.000,-

Kami menyusuri jaln setapak dengan kondisi yang licin dan berlumpur. alhasil aku sempat tergelicir jatuh. untungnya tidak ada yang luka dan motorpun masih bisa kustater. hanya lampau depan saja yang jadi mati karena mungkin kabelnya ada yang putus. motor kutegakan kembali dan kembali menyusul Alber dan kawan-kawannya yang berbonceng tiga.

Setiba di camp saya langsung membersihkan lumpur-lumpur yang menempel. untungnya pondok petani ini cukup bersih dan tertutup. jadi kami bisa beristirahat dengan nyaman. sunyinya malam tidak membuat kami mengantuk sedikitpun. kami banyak menghabiskan waktu mengobrol dan bermain kartu. menghabiskan malam sembari menunggu kantuk datang.

Alber mendapat informasi dari salah seorang kawan bahwa ada gajah yang masuk ke Desa jambu. rencana besok hari akan dilakukan pengusiran gajah oleh tim ECMU bersama warga. agendaku  bersama mira besok untuk ke Desa Semambu kami tunda dulu. agenda mengusir gajah akan menjadi kegitan yang menarik. aku sendiri sangat antusias untuk melihat gajah liar tersebut.

Matahari Pertama di Jambi


Belum sempat alarm yang ku setel pada pukul 04.00 berbunyi, aku sudah terjaga. ku lihat jam masih menunjuk pukul 03.05, nampak sekitar sudah ramai orang. aku berusaha tidur lagi namun rupanya gagal karena orang yang berlalu lalang di depanku. akhirnya aku mengemasi barang-barangku dan kuputuskan untuk langsung chek in saja, menunggu di dalam tetntu saja jauh lebih nyaman. aku menuruni tangga dan nampak di bawah sudah penuh sesak orang yang juga akan terbang pada pagi ini. agar lebih fres aku singgah dulu ke kamar mandi, untuk buang air kecil dan membasuh muka. kamar mandi cukup bersi dan ada sediit tempat untuk meletakan carierku seingga aku bisa dengan nyaman meletakan carierku semntara bacpakc satunya yang berisi laptop tetap aku gendong.

Aku memasuki ruang chek in dan kemudian memasuki boarding pass. tepat pukul 05. 45 pesawat sudah bersiap untuk take off. tak seperti hari sebelumnya, beruntung matahari pagi ini bersinar cerah. kabut tipis nampak memudar seiring semakin cerahnya sinar mentari. dari balik jendela kulihat rumah-rumah, jalan dan pepohonan semakin mengecil. pesawat membawa kami terbang semakin tinggi hingga apa yang aku lihat tampak samar-samar kemudian hilang tertutup awan.

Suara lembut pramugari membangunkanku dari tidur, memperingatkan penumpang agar tetap mengenakan sabuk pengaman karena pesawat akan landing. jajaran pepohonan sawit nampak luas membentang, sebuah pemandangan yang akan mejadi tontonan harianku kelak.

Tepat pukul 07.00 kami mendarat di bandara Sultan Thaha jambi. tak banyak pesawat yang nampak karenan memang bandara ini cukup kecil, mungkin hanya melayani beberapa rute penerbangan saja. berbagai atribut melayu, sekilas mungkin seperti minang dengan rumah gadang dan baju adatnya nampak meyambut kedatangan para penumpang. menuju pintu keluar, aku menunggu bagasi yang sedang diturunkan dar pesawat. setelah kudapat tas ku aku pun langsung menghubungi Pak Cahyo, sopir yang akan menjemputku. Pak Cahyo ternyata sudah menungguku, akupun meluncur menuju duniaku yang baru, selamat datang di kota jambi, selamat menikmati tangisan hutan rimba

Ingin rasanya aku merebahkan diri, namun rupanya sabtu ini aku harus menjalani medikal check up dulu. setiap staff FZS diharuskan bebas dari hepatitis. agak mengejutkan memang karena jika akau kemudian dinyatakan positif, dengan terpaks maka akau akan dipulangkan. Oh my Gosh......
Sepertinya pihak FZS takut jika orang hutan nanti tertular hepatitis atau TBC

Menginap Di Bandara Soetta, Mantap Eeuuy

Aku sendiri tak menyangka, akhirnya aku mengambil keputusan ini. Meninggalkan pekerjaanku dan berbagai aktivitas yang lainnya di sebuah kota di kaki bukit gunung slamet, Kota Purwokerto. Kota  keci lyang sungguh-sungguh menyimpan banyak kenangan. Hampir Sembilan tahun aku menghabiskan hidupku di kota tersebut. Dari sejak kuliah, bekerja hingga aku benar-benar memutuskan untuk meninggalkannya.

Hal yang gila dan cukup mengejutkan, aku keluar dari tempat kerjaku dengan alasan bahwa saya akan ikut ekspedisi orang hutan di Sumatra. namun nyatanya sebenarnya itu hanya menjadi alasanku saja untuk  keluar. permintaanku resignku agak diterima dengan berat hati oleh manager dan direktur. dan aku diberi pilihan agar off saja, sehingga aku bisa kembali bekerja jika proyek sudah selesai.


Memasuki masa off, aku pun terkatung-katung dirumah sambil mencari-cari info pekerjaan. dan tak kusangka aku diterima disebuah organisasi international bernama FZS, Frankfurt Zoological society di Jambi. Aku tidak tau secara pasti lembaga apa ini, namun sepertinya lebih banyak bergerak di penyelamatan satwa liar. Ini akan menjadi perjalanan petualanganku yang pertama di tanah sumatera. aku harap  dengan bekal pengalamankan bekerja di pengorganisasian masyarakat banyak hal berguna yang bisa aku perbuat. 

Walaupun masih banyak tanda tanya mengenai kehidupan di sana, dengan penuh semangat aku segera meluncur menuju Jakarta untuk kemudian melanjutkan terbang ke Jambi. sialnya Banjir sedang mengepung Jakarta, harapan untuk berkumpul sesaat bersama teman-teman Jakarta pupus sudah. akhirnya aku menginap di tempat seseorang yang pernah dekat dan masih dekat di hatiku. 

suasana di waving galeri
Jadwal terbang yang cukup pagi 5.45 memaksaku harus sudah tiba pukul 04.45 di Bandara Soekarno Hatta. dalam kondisi jakarta yang sedang terkepung banjir, pilihan paling aman yang kuambil adalah aku sudah sampai di bandara pada malam harinya. Setiba di Terminal kampung rambutan hampir saja aku tertinggal bus angkutan bandara paling terakhir. sambil berlari-lari mengendong tas carier untungnya aku bisa mengejar bus yang memang melaju lambat. tak sempat mengucapkan perpisahan dengannya aku memasuki bus, dan hanya ada dua penumpang saja. aku dan seorang laki-laki. Bus Damri angkutan Bandara ini cukup nyaman dan bersih. untuk  sekali perjalan bus ini mengenakan tarif Rp 25.000. 

Pemandangan dari waving galery : nampak pesawat lion air
Sesampai di terminal 1B bandara Soekarnia Hatta rupanya nampak banyak juga orang yang tidur atau sekedar tiduran menunggu penerbangan esok hari. tanpa pikir panjang kau langsung menuju ATM mengingat uang di kantungku sudah hampir habis kemudian langsung menuju ke lantai 2 yang merupakan waving galeri atau tempat para pengantar yang ingin melepas kepergian kerabat atau saudara. Di lantai 2 ini ruangan cukup terbuka hanya ada atap daan dinding pembatas yang tak sepeuhnya menutup ruangan. walaupun cukup terbukan tempat ini banyak dimanfaatkan oleh orang untuk beristirahat pada malam hari. aku pun menyusuri waving galeri ini, cukup terbuka dan berisik. namun tempat ini aku pikir cukup nyaman daripada di bawah yang penuh sesak orang. Aku mengambil tempat yang agak sepi dan lemudian menggelar sleeping bag, makanan kecil aku keluarkan. Akhirnya aku bisa meluruskan punggungku. Tak berapa lama tiduran kantuk pun datang sialnya aku pun tak sanggup lagi menahan kencingku. Sangat beresiko jika aku turun ke bawah menuju kamar mandi dan meninggalkan barang-barangku di atas. Jika aku kemasi pun rasanya juga malas. akhirnya aku memanfaatkan botol air minum untuk menampung air kencingku , ah lega rasanya....dan akhirnya aku bisa tidur cukup pulas. Terimakasih Tuhan.