Rabu, 20 Februari 2013

Mengusir Gajah

Mataku baru benar - benar terpejam sekitar pukul  empat pagi. matahari belum sepenuhnya muncul namun aku sudah terbangun. kain sarung yang kugunakan untuk menutupi rupanya tidak bisa melindungiku dengan sempurna. entah berapa kali tubuhku menggigil. Aku lihat teman- teman yang lain masih tertidur.waktu yang ada kumanfaatkan untuk merebus air dan membersihkan pakaian serta sepatu di sungai. air sungai ini nampak keruh, selain itu mungkin juga banyak mengandung zat kimia dari pupuk dan obat-obatan lainnya. Seperti kita ketahui pohon sawit memang sangat rakus dengan pupuk dan obat. Tak lama Danil atau yang akrab disapa Anel bangun dan bergegas menyiapkan sarapan pagi. kulihat dia cukup rajin dan cekatan. alhasil nasi telor berhasil dia hidangkan. namun aku enggan untuk memakannya karena air yang dia gunakan berasal dari sungai.

Air galon yang kuminum sejak semalam berasa nampak aneh, entah darimana sumber airnya. jadiaku memutuskan untuk merebus airnya baru kuminum. aku harap ini bukan air sungai yang ditampung dalam galon. pagi ini perut hanya aku isi sengna segelas teh manis dan sepotong roti pemberian dari Mira. Aku harap nanti di tengah jalan aku bisa mengisi perutku di warung tempat kemarin kita makan atau entah dimana. Saat kami berkemas, ada dua orang petani yang mengunjungi pondok. yang pertama berbadan agak kurus, pagi-pagi dia berniat untuk memanen buah sawit karenan sebelumnya hujan turuh deras sehingga membuat kondisi jalan menjadi sulit untuk diakses mereka. untungnya pagi ini matahari bersinar cukup cerah. kesempatan ini banyak dimanfaatkan oleh petani untuk memanen atau mengambil tandan sawit yang sejak kemarin ditigeletakan di pinggir jalan. Petani yang kedua berbadan tambun dan kelihatan sudah sangat akrab sekali dengan Alber dan timnya, rupanya bapak ini adalah pemilik pondok tersebut. Beliau juga sempat bercerita mengusir gajah kala dahulu. menurut beliau dulu sempat ada sekitar 30 kawanan gajah yang masuk ke kebun sawit miliknya. Dia bersama tiga orang temannya melakukan penggiringan gajah. menurutnya, jika kita menggiring dengan baik-baik Gajah juga akan nurut"seperti menggiring kebau" ungkapnya.

Hari sudah menunjukan cukup siang, rencan kami meluncur ke Desa Jambu padaa pukul sembilan sudah molor hampir satu jam. pada siang hari jalan yang saya lalui semalam nampak jelas. juga tempat saya dan Mira terjatuh. saya agak was-was saat melintasinya. lebih baik melaju dengan pelan dan ekstra hati-hati daripada terjatuh untuk kedua kalinya.

Menyeberang S. Batanghari
Desa jambu ternyata berjarak cukup jauh. Kami kembali menuju ke arah Tebo, kembali melintasi sungai batanghari. kurang dari setengah jam kami sudah sampai di Desa Jambu. lokasi gajah yang masuk ke kebun beraada di seberang sungai batanghari. untuk menuju ke sana kamihasur menyeberang menggunakan perahukecil yang hanya muat untuk tiga orang. dalam bahasa jambi menyeberang sungai disebut melayang. melayang ke seberangmenggunakan perahu kecil cukup menantang juga he3x..jika ada kesempatan lagi aku ingin yang mendayung.

Sesampai diseberang kami dan sejumlah warga langsung berkordinasi di sebuah pondok yang terletak tak jauh dari pinggir sungai. Sekilas nampak lahan-lahan yang memang baru dibuka oleh peduduk untuk ditanami sawit. Jejak-jejak gajah asih nampak terlihat baru, terlihat juga beberapa pohon sawit yang rusak dimakan oleh gajah atau terinjak.gajah yang masuk hanya seekor. hal yang jarang dijumpaikarena biasanya gajah selalu bergerombol. bisa jadi ini Gajah ini terpisah dengan kawanannya. Kami membagi menjadi dua kelompok. Gajah rencananya akan kami giring sejauh 8 km ke atas. saya bersama kelompok meyusuri hutan dan semak mencari jejak gajah. Jejak Gajah nampak semakin jelas dan masih sangat baru. Kami juga menjumpai kotoran gajah yang juga masih namapak baru. namun rupanya dengan menyusuri jalan setapakjustru membuatkami terjebak. kami hanya berputar-putar saja disekitar lokasi. saya sendiri sudah merasa lelah, apalagi seharian ini perut saya belum terisi oleh makanan. sepertinya perlu disiapkan strategi lagi dalam menggiring gajah. beberapa kali Gajah kepergok oleh kami. saya sendiri tidak melihanya secara langsunghanya jejak-jejaknya saja.

Saya cukup beruntung, karena saat  ini sedang musim duku. sepanjang jalan banyak sekali pohon duku yang saya jumpai. sesekali saya memetik buah duku yang memang bisa dijangkau tangan. karena belum sepenuhnya matang rasanya memang masam. tapi lumayanlah untuk memberi makan cacing-cacing di perut.

sesekali kami juga harus menyebarangi rawa
Banyak pohon-pohon berukuran besar yang tumbang ditebang. Rupanya penduduk sedang menyiapkan untuk membuka lahan baru. aku sempat melontarkan pertanyaan pada salah seorang warga mengenai status kepemilikan lahan ini. "ini adalah tanah milik orang tua" tutur salah seoeran warga. mungkin karena secara ekonomi lahan yang mereka miliki tidak menguntungkan, jadi mereka memilih untuk mengganti tanamaan kayu dengan kebun sawit dan tanaman lainnya yang lebih menguntungkan. yang jelas aktivisas mereka ini juga menyumabng sejumalu kerusakan lingkungan yang ada. bisa jadi gajah yang masuk ke Kebun juga karena semakin sempitnya habitat mereka. kebun warga menjadi pilihan menarik untuk mencari makan.
*******************

Perlu ada tidakan tegas dan komitmen bersamabahwa kita harus berbagi sumberdaya dan ruang dengan hewan liar.agar tak ada pihak yang dirugikan. hidup di perlintasan Gajah artinya harus siap hidup berdampingan dengan gajah.
******************

Gajah yang rencananya kami giring menuju atas bukit, rupanya malah kembali ke titik awal tadi. saya sendiri sudah kepayahan jika penggiringan tetap dilanjutkan. tanpa startegi baru sepertinya juga tidak akan berhasil. akhirnya kamimemutuskan untuk kembalike Desa dan melanjutkan esok hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar