![]() |
Pagar Listrik Untuk Menghalau Gajah |
Wajah Pak Sarpan nampak cemas dan bingung. Sawit yang sudah ia panen kemarin belum juga bisa diangkut. lantaran hujan yang terus mengguyur sejak kemarin membuat jalan licin dan berlumpur. sementara jika terus dibiarkan tergeletak maka berat sawit akan semakin menyusut dan ambrol.
Pak Sarpan merupakan transmigran yang tinggal di SP 2, kepanjangan dari Sarana Pemukiman yang kini bernama Desa Sekutur Jaya. Bersama ratusan warga lainnya yang kebanyakan berasal dari daeraj Jawa. Pak Sarpan sendiri berasal dari Yogyakarta namun sebelumnya, bersama dengan istrinya sudah tinggal di Lampung. Pak Sarpan sekeluarga mengikuti program transmigrasi sejak tahun 1997. Sambil menghisap rokok putih bermerk Click, Pak Sarpan mengungkapkan "kondisi awal dulu jauh lebih buruk". Dulu kami masih mendapat bantuan untuk hidup sebesar duaratus ribu rupiah sampai buah sawit menghasilkan. Para Transmigran mendapat 1 buah rumah dan 1 buah kapling sawit seluas 2 hektar. setelah panen setiap petani harus mengembalikan pinjaman dari penaman sawit ke sebuah PT. Pengemablian dilakukan dengan cara memotong setiap hasil Panen yang disetor ke KUD sebesar 30 %. Banyak transmigran yang tidak sanggup bertahan dan kembali ke kampungnya. namun tak sedikit juga yang bertahan dan berhasil, Termasuk Pak Sarpan. Kini dari hasil Sawitnya pak Sarpan sudah bisa menguliahkan anaknya yang pertama. semantara yang anak yang kedua masih duduk di bangku SD.
Jalan jalan di daerah ini masih jalan tanah. saat turun hujan tentu saja akan sangat menghambat. tak sedikit mobil yang terjebak dalam kubangan lumpur. bagi petani sawit hal ini tentu sangat menyusahkan. karena mobil-mobil yang akan mengangkut sawit milik mereka tidak bisa masuk. Hanya mobil dengan double Gardan yang bisa melintas. namun jika menggunakan mobil jenis ini tentunya siaya sewanya jauh lebih mahal. Listrik baru saja masuk sebulan ini. Sebelumnya warga menggunakan Genset untuk menghasilkan listrik yang dinyalakan hanya pada malam hari. inipun tak semua warga yang menggunakan. setiap harinya kurang lebih mereka mengeluarkan uang duapuluh sampai dengan tiga puluh ribu rupiah untuk membeli Solar. Biasanya Genset dinyalakan dari pukul lima sampai sepuluh malam,hanya sekedar untuk menikmati malam sambil menunggu kantuk tiba. Masuknya listrik membuat kehidupan di daerah ini semakin bergeliat. Beragam acara televisi dan perangkat elektronik lainnya bisa dinikmati dengan leluasa. untuk memasang listrik ini, setiap rumah dikenakan biaya sebesa Rp 3.500.000,-
Belum selesai meikirkan sawitnya yang belum terangkut, Pak Sarpan masih harus bersusah payah menyusuri jalanan yang licin dan berlumpur menuju camp pagar listrik. Setiap harinya Pak sarpan bertugas untuk menyalakan dan mematikan pagar listrik. Pagar ini dibangun untuk menghalau gajah-gajah liar agar tak masuk dan merusak kebun sawit milik warga. Gajah-gajah masuk tersebut masuk karena semakin sempitnya habitat mereka. Perluasan hutan produksi dan kebun sawit membuat kehidupan gajah semakin terdesak. Kebun sawit menjadi makanan favorit bagi kawana gajah. Di Desa sekutur jaya sendiri, gajah sudah beberapa kali masuk dan merusak kebun sawit milik warga. Salah satunya kebun milik Pak Sarpan.
Pagar listrik ini dibangun atas inisiasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Frankfurt Zoological Society (FZS) bekerjasama dengan masyarakat. Semakin terancamnya kehidupan gajah dan hewan liar lainnnya mendorong FZS untuk melestarikan hewan-hewan tersebut. Tingginya angka kematian gajah salah satunya disebabkan oleh konflik antara manusia dan Gajah. Masyarakat menganggap Gajah sebagai ancaman yang akan merusak kebun sawit mereka. tak sedikit kemudian gajah yang diracun ataupun diburu.Untuk mencegah bertambahnya angka kematian gajah, FZS kemudian membentuk tim Elephant Conflict Mitigation Unit (ECMU). tim ini bertugas untuk mealtih masyarakat dan melakukan kegiatan mitigasi. Salah satunya adalah dengan pembangunan pagar listrik.
Arus yang pagar listrik yang tidak mematikan, namun akan cukup membuat gajah terkejut dan tidak mendekati kebun penduduk. selain harus dinyalakan dan dimatikan agar listrik terus terisi. pagar listrik ini jugaharus bersih dari ranting-ranting dan semak agar arusnya tidak berkurang. jika samapi berkurang maka gajah akan dengan mudah melewati pagar dan tidak akan takut lagi. jadi pembangunan pagar listrik akan sia-sia. Disinilah kemudian tugas Pak Sarpan diabntu oleh rekannya pak Kuyut untuk terus menjaga dan merawat pagar listrik ini.
Sambil terus meratapai sawitnya yang belum bisa diangkut. Pak Sarpan harus tetap menyalakan pagar listrik. Ia pun kemudian menerobos hujan rintik-rintik dan jalan yang licin menuju camp pagar. Hidup di daerah jelajah gajah bererti harus siap hidup berdampingan dengan hewan liar.
Pak Sarpan merupakan transmigran yang tinggal di SP 2, kepanjangan dari Sarana Pemukiman yang kini bernama Desa Sekutur Jaya. Bersama ratusan warga lainnya yang kebanyakan berasal dari daeraj Jawa. Pak Sarpan sendiri berasal dari Yogyakarta namun sebelumnya, bersama dengan istrinya sudah tinggal di Lampung. Pak Sarpan sekeluarga mengikuti program transmigrasi sejak tahun 1997. Sambil menghisap rokok putih bermerk Click, Pak Sarpan mengungkapkan "kondisi awal dulu jauh lebih buruk". Dulu kami masih mendapat bantuan untuk hidup sebesar duaratus ribu rupiah sampai buah sawit menghasilkan. Para Transmigran mendapat 1 buah rumah dan 1 buah kapling sawit seluas 2 hektar. setelah panen setiap petani harus mengembalikan pinjaman dari penaman sawit ke sebuah PT. Pengemablian dilakukan dengan cara memotong setiap hasil Panen yang disetor ke KUD sebesar 30 %. Banyak transmigran yang tidak sanggup bertahan dan kembali ke kampungnya. namun tak sedikit juga yang bertahan dan berhasil, Termasuk Pak Sarpan. Kini dari hasil Sawitnya pak Sarpan sudah bisa menguliahkan anaknya yang pertama. semantara yang anak yang kedua masih duduk di bangku SD.
Jalan jalan di daerah ini masih jalan tanah. saat turun hujan tentu saja akan sangat menghambat. tak sedikit mobil yang terjebak dalam kubangan lumpur. bagi petani sawit hal ini tentu sangat menyusahkan. karena mobil-mobil yang akan mengangkut sawit milik mereka tidak bisa masuk. Hanya mobil dengan double Gardan yang bisa melintas. namun jika menggunakan mobil jenis ini tentunya siaya sewanya jauh lebih mahal. Listrik baru saja masuk sebulan ini. Sebelumnya warga menggunakan Genset untuk menghasilkan listrik yang dinyalakan hanya pada malam hari. inipun tak semua warga yang menggunakan. setiap harinya kurang lebih mereka mengeluarkan uang duapuluh sampai dengan tiga puluh ribu rupiah untuk membeli Solar. Biasanya Genset dinyalakan dari pukul lima sampai sepuluh malam,hanya sekedar untuk menikmati malam sambil menunggu kantuk tiba. Masuknya listrik membuat kehidupan di daerah ini semakin bergeliat. Beragam acara televisi dan perangkat elektronik lainnya bisa dinikmati dengan leluasa. untuk memasang listrik ini, setiap rumah dikenakan biaya sebesa Rp 3.500.000,-
Belum selesai meikirkan sawitnya yang belum terangkut, Pak Sarpan masih harus bersusah payah menyusuri jalanan yang licin dan berlumpur menuju camp pagar listrik. Setiap harinya Pak sarpan bertugas untuk menyalakan dan mematikan pagar listrik. Pagar ini dibangun untuk menghalau gajah-gajah liar agar tak masuk dan merusak kebun sawit milik warga. Gajah-gajah masuk tersebut masuk karena semakin sempitnya habitat mereka. Perluasan hutan produksi dan kebun sawit membuat kehidupan gajah semakin terdesak. Kebun sawit menjadi makanan favorit bagi kawana gajah. Di Desa sekutur jaya sendiri, gajah sudah beberapa kali masuk dan merusak kebun sawit milik warga. Salah satunya kebun milik Pak Sarpan.
Pagar listrik ini dibangun atas inisiasi lembaga swadaya masyarakat (LSM) Frankfurt Zoological Society (FZS) bekerjasama dengan masyarakat. Semakin terancamnya kehidupan gajah dan hewan liar lainnnya mendorong FZS untuk melestarikan hewan-hewan tersebut. Tingginya angka kematian gajah salah satunya disebabkan oleh konflik antara manusia dan Gajah. Masyarakat menganggap Gajah sebagai ancaman yang akan merusak kebun sawit mereka. tak sedikit kemudian gajah yang diracun ataupun diburu.Untuk mencegah bertambahnya angka kematian gajah, FZS kemudian membentuk tim Elephant Conflict Mitigation Unit (ECMU). tim ini bertugas untuk mealtih masyarakat dan melakukan kegiatan mitigasi. Salah satunya adalah dengan pembangunan pagar listrik.
Arus yang pagar listrik yang tidak mematikan, namun akan cukup membuat gajah terkejut dan tidak mendekati kebun penduduk. selain harus dinyalakan dan dimatikan agar listrik terus terisi. pagar listrik ini jugaharus bersih dari ranting-ranting dan semak agar arusnya tidak berkurang. jika samapi berkurang maka gajah akan dengan mudah melewati pagar dan tidak akan takut lagi. jadi pembangunan pagar listrik akan sia-sia. Disinilah kemudian tugas Pak Sarpan diabntu oleh rekannya pak Kuyut untuk terus menjaga dan merawat pagar listrik ini.
Sambil terus meratapai sawitnya yang belum bisa diangkut. Pak Sarpan harus tetap menyalakan pagar listrik. Ia pun kemudian menerobos hujan rintik-rintik dan jalan yang licin menuju camp pagar. Hidup di daerah jelajah gajah bererti harus siap hidup berdampingan dengan hewan liar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar